Defenisi dan Ruang Lingkup
Ada sebuah pepatah orang mandar yang mengatakan “sanna’
kareppu’na bulu mata anna andammala nita”.
Dengan potensi “berkehendak/nafsu/obsesi” yang mendorong rasa ingin tahu
ditambah dengan impian yang kuat maka sejarah peradaban manusia terbentuk. Apa yang anda pijak, kenakan, konsumsi dan saksikan
merupakan hasil kemajuan peradaban yang tidak sertamerta terjadi, melainkan
berasal dari proses coba-coba, pengorbanan, konsistensi untuk berubah, dan
harapan yang besar untuk maju. Bagaimana
orang tua kita dahulu tahu bahwa dengan menjemur ikan ditambah dengan garam (ikan
kering) dapat membuat ikan menjadi awet? Bagaimana tetua dahulu tahu bahwa
dengan mencampurkan abu sekam dan garam kemudian dibalurkan pada telur,
disimpan, dapat menghasilkan telur asin yang dapat bertahan lebih lama dan memberikan
rasa yang khas? Bagaimana saat ini gedung yang biasa anda masuki dapat berdiri
kokoh, tahan terpaan angin dan gempa? Atau bagaimana anda merasakan bagaimana
obat/vitamin/vaksin dapat meringankan sakit yang anda derita atau menekan angka
kejadian penyakit dilingkungan anda?
Semua itu tidak serta merta terjadi, melainkan melalui suatu proses yang
relatif panjang yang dikabarkan dari tiap lapisan generasi.
|
Penelitian Sebagai Suatu Proses Berulang |
Apabila anda berdiri di sebuah lahan hamparan sawah, di
salah satu sudut kandang, atau pada saat anda sedang menikmati setusuk sate
kambing. Secara instuisif akan muncul beberapa
pertanyaan mendasar (bagi kaum yang berfikir) terkait fenomena yang sedang anda
alami. Sebagai contoh, anda berada di
sebuah padang penggembalaan (Ranch),
maka anda akan bertanya-tanya:
1) mengapa sapi-sapi
terlihat memiliki variasi, ada yang penampilannya gemuk, kurus, mata cerah,
mata buram, rambut halus, rambut buram, ada yang memiliki kondisi yang sangan
baik dan adapula yang kelihatan biasa-biasa saja?
2) apa kira-kira
yang menyebabkan perbedaan-perbedaan tersebut, bukankah mereka makan rumput pada
lahan yang sama, mereka juga diberi obat yang sama apabila sakit?
3) Apa
kemungkinan yang dapat dilakukan agar sapi-sapi tersebut memiliki panampilan
yang sama baiknya, sama sehatnya atau sama produktifitasnya;
4) Tindakan yang
efektif dan efisien apa yang dapat diambil untuk itu?; dan atau
5) apabila
tindakan (yang tepat) itu sudah ditemukan, apakah dapat digunakan secara lebih
luas pada sapi-sapi yang ada di kandang belakang rumah?
Dalam konteks keilmiahan, maka untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
tersebut harus ditempuh melalui suatu rangkaian penelitian. Apakah dilakukan melalui metode coba-coba
(eksperimental) atau hanya memerlukan survei (non-eksperimental). Secara garis besar, kedua metode dasar
penelitian dapat dilakukan untuk menjawab pertanyaan di atas. Survei dapat dilakukan untuk menjawap
pertanyaan tentang variasi yang terlihat dan apa penyebab variasi terebut
(Pertnyaan 1 dan 2) sementara untuk menjawab pertanyaan mengenai kemungkinan
langkah yang dapat diambil, efektifitas dan efisiensi serta reliabilitas
(Pertanyaan 3,4,5) maka metode experimental menjadi perlu dan penting.
Percobaan
merupakan serangkaiana kegiatan dimana setiap tahapan dalam rangkaian
benar-benar terdefenisikan, dilakukan untuk menemukan jawaban tentang
permasalahan yang diteliti melalui suatu pengujian hipotesis. Pola atau tindakan cara penerapan
tindakan-tindakan (perlakuan dan non-perlakuan) dalam suatu percobaan pada
kondisi/ lingkungan tertentu yang kemudian menjadi dasar penataan dan metode
analisis statistik terhadap data hasilnya disebut Rancangan Percobaan (Experimental Design) (Hanafiah, 2004).
|
Alur Pikir Rancangan Percobaan |
Mari kita kembali mengingat matakuliah Statistik untuk Ilmu Peternakan.
Pengamatan suatu objek dalam statistik secara makro dapat dibagi menjadi
dua, yakni:
1) Nilai-nilai
bebas (yang terjadi secara acak) yang besarannya bergantung pada hasil pengamatan/pengukuran. Atau yang disebut dengan variabel variabe
tak-bebas (dependent) Y atau merupakan
akibat (Y) (Indikator jawaban Pertanyaan 1 dan 2);
2) Nilai-nilai bebas
yang terjadi secara acak namun besarannya bergantung pada kondisi, metode atau
waktu pengamatan atau pengukuran sehingga disebut sebagai peragam/peubah bebas
(X).
X ini merupakan variabel bebas (independent)
yang merupakan faktor penyebab (perlakuan atau kondisi percobaan) penyebab
perubahan perilaku atau respon Y
(akibat) (Indikator jawaban Pertanyaan 3).
Dalam konteks percobaan (eksperimental) maka
perlakuan-perlakuan yang diberikan terhadap suatu objek adalah faktor bebas
atau X, sedangkan respon yang
diberikan oleh objek penelitian sebagai nilai-nilai akibat yang diberikan oleh
faktor penyebab dinamakan dengan faktor tak-bebas Y. Respon yang diberikan
oleh Y bukan semata berasal dari
faktor X, terdapat berbagai hal
diluar cakupan observasi penelitian yang tidak dapat dijangkau oleh peneliti,
faktor yang mempengaruhi ini yang disebut dengan Galat atau Error (E) penelitian, yaitu faktor-faktor yang
mempengaruhi objek penelitian diluar faktor penyebab yang dikaji oleh peneliti.
(Indikator jawaban Pertanyaan 4)
Perlakuan yang diberikan ditambah dengan keberadaan
galat/error mengakibatkan adanya variasi respon yang diberikan oleh tiap-tiap
satuan atau unit bercobaan yang secara statistik (ingat kembali matakuliah
statistik) dikenal dengan variasnce. Sehingga apabila dituliskan secara matematis,
maka respon Y yang diperoleh
merupakan akumulasi dari faktor X
(perlakuan) dan faktor lain diluar cakupan penelitian (E) menjadi:
Untuk menentukan apakah faktor penyebab atau perlakuan memberikan
pengaruh atau tidak, maka dari persamaan diatas dapat dibuat hipotesis:
H0: σx = 0
“dugaan bahwa semua perlakuan mengakibatkan respon yang
relatif sama”
HI: σx ≠ 0
“dugaan bahwa terdapat satu/lebih perlakuan mengakibatkan
respon yang berbeda”
Untuk menguji hipoteisis ini maka diperlukan suatu nilai
acuan derajat kepengaruhan (signifiksnsi), atau apakah respon yang diberikan
oleh Y nyata atau tidak. Prinsipnya
adalah perlakuan dinyatakan
berpengaruh nyata abalila perubahan yang terjadi bisa lebih besar atau lebih
kecil dibandingkan dengan kondisi tanpa perlakuan (non-perlakuan). Untuk
mengidentifikasi nilai-nilai non-perlakuan
maka dilakukan suatu replikasi atau pengulangan (r). Dari pengulangan tersebut akan muncul seuatu bentuk keragaman yang
merupakan Galat percobaan (Experimental error). Atas dasar tersebut, maka nilai-nilai hasil
pengamatan (dalam pengujian hipotesis) dapat dinyatakan dengan:
Dimana τ
adalah pengaruh perlakuan X terhadap nilai-nilai Y, dan ε adalah galat akibat
adanya faktor non-perlakuan pada perlakuan ke-i dan ulangan (replikasi) ke-j.